Categories
---------------------------------------------------------------
GOOD GAME., FAIR PLAY...JUST FOOTBALL
---------------------------------------------------------------

Tampilkan postingan dengan label FIFA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FIFA. Tampilkan semua postingan

FIFA World Best Player 2008: Cristiano Ronaldo

⊆ 02.32 by Mo Hyo Se | ˜ 0 comments »


Cristiano Ronaldo beat off competition from Lionel Messi, Xavi, as well as Fernando Torres, and last year’s winner Kaka, to win the FIFA World Player of the Year Award with a total of 935 vote points. In second place was Barcelona star Lionel Messi with 678, while Liverpool striker Fernando Torres finished third with 203. AC Milan star Kaka was not far behind in fourth with 183, while Barcelona's Xavi ended up fifth with 155.

The number 7 of Manchester United was designated best football player of the year for 2008 by FIFA this Monday, the second athlete from the Sporting Clube de Portugal school in Lisbon, after Luís Figo, to win this prize. With 23 years and a long time to grow, Cristiano Ronaldo has the world at his feet. At 23 years of age, Cristiano Ronaldo won the Golden Boot with 42 goals scored in the last season for Manchester United, being Europe's best scorer and best player now the world. He also won the championship of the Premier League in England, and the Champions’ League. He followed this up this term by lifting the Club World Cup in Japan. "The last season for me was the best in the world. And he is a very intelligent player who decides games. When you think he’ll be on the left, then he appears on the right. When you expect him to kick from the left, then there’s a kick from the right."

Ronaldo caps off a clean sweep of the major awards, having also picked up the prestigious Ballon d'Or (European Footballer of the Year) at the end of 2008. The 23-year-old becomes the first English-based player to be named FIFA World Player of the Year, and only the second Portuguese, following in the footsteps of Luis Figo, who triumphed in 2001.

There is no question as to who was the most effective footballer of 2008; like him or not, Cristiano Ronaldo had an on-field effect quite unlike anybody else in the calendar year. The 23-year-old inspired his club side to the Premier League title, Champions League and World Championship and picked up all the individual trinkets and accolades along the way. An exceptional 42 goals in the 2007-08 season stood Ronaldo in phenomenal stead and some murmurs even suggested that the Portuguese forward had overtaken George Best in the affections of the United faithful.

Despite his success and talent, a player of his calibre has never cut such a polemic figure. His detractors often overlook or undersell his achievements and instead point to his posturing, diving, complaining and selfishness as indicators of an overinflated ego and a delusional halfwit foolish enough to believe his own hype, and then some.

The truth probably lies somewhere in between, but our team have given their perception of the best and worst that could come from his winning of yet another award: the FIFA World Player of the Year.

(source: goal.com, etc.)

 

FRANCESC “Cesc” FABREGAS

⊆ 20.06 by Mo Hyo Se | ˜ 1 comments »


Awal karirnya di Arsenal dimulai saat Arsene Wenger – manajer Arsenal – menugaskan Steve Rowley berangkat ke Spanyol. Ketua pemandu bakat itu diinstruksikan memantau Fabregas di Barcelona, yang kala itu masih berusia 16 tahun. Saat itu Cesc – panggilan Fabregas – belum seterkenal sekarang. Dia hanya satu diantara banyak pemain muda yang tergabung di Barcelona junior. Rowley langsung kepincut. Dan musim panas 2003, resmilah Arsenal meminang Fabregas. Baru 2 bulan kemudian kebintangannya terlihat di Finlandia. Cesc berlaga di Piala Dunia U-17 bersama tim junior Spanyol. Meski bukan striker, Cesc mengemas 5 gol – termasuk golden goal spektakuler ke gawang Argentina saat menang 3-2 di semifinal. Walau kalah dari Brazil di final tapi penampilanya tetap mengundang decak kagum dan membuat Barcelona tersadar. Menyesal melepas pemain berbakatnya ke klub lain. Joan Laporta – presiden Barcelona – kecewa dan menuduh kubu Arsenal melakukan kecurangan saat mendapatkan pemainnya. Tapi komplain tersebut terlambat. FIFA telah mengesahkan kontrak 6 tahun Cesc dengan The Gunners – julukan Arsenal. “Laporta ‘menangis’ karena kebodohannya,” ujar Joseba Diaz – agen Fabregas. Sebulan sebelum Cesc pindah ke Arsenal dirinya berdiskusi dengan manajemen Barca. Hasilnya, “Klienku ingin pindah,” kata Diaz. Kehidupan baru di London, Cesc diberi tempat di tinggal High Barnet bersama Phillipe Sanderos – yang saat itu masih bermain di Arsenal. “Saat pertama kali pindah kesini merupakan saat yang beresiko. Tinggal sendiri, bergabung dengan tim yang para pemainnya belum kukenal, dan hal itu terjadi di negara lain,” kenangnya.
Cesc ternyata bisa beradaptasi. Pada Oktober 2003, dia tampil bersama tim utama. Bahkan mengukir rekor klub sebagai pemain termuda yang tampil di tim senior. Umurnya baru 16 tahun 177 hari saat Arsenal bertandig melawan Rotherham di putaran ke-3 Piala Liga. Prestasinya berlanjut dengan gol pada 2 Desember 2003 ketika Arsenal menang 5-1 atas Wolves di putaran-5 Piala Liga dan mencatatkan namanya sebagai pencetak gol termuda The Gunners. Wenger pun berujar, “soal Fabregas, visinya brilian. Dia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi pemain hebat.”

Musim pertamanya di Arsenal, Cesc cuma tampil 3 kali di tim senior. Itu pun hanya di Piala Liga. Selebihnya cuma di tim cadangan. Kesempatan tampil datang di laga pramusim Amsterdam Tournament. Diturunkan Wenger melawan Ajax dan River Plate. Juga bermain saat mengalahkan Manchester United di Community Shield. Penampilan sensasionalnya mengundang pujian The Professor – julukan Wenger. “Dia pebola yang luar biasa. Dia akan selalu berada di tim selama dia sanggup bermain lebih baik dibandingkan pemain lain.” Kemudian namanya mulai digadang-gadang sebagai pengganti Patrick Vieira. Dan saat akhirnya sang skipper benar-benar hengkang, posisinya menjadi seolah tak tergantikan. Bahkan Cesc sukses membawa klub London tersebut berlaga di final Liga Champion. Meski akhirnya ditundukkan Barcelona, yang memang saat itu tengah berjaya. Aksi gemilangnya di Premiere League, terpantau juga oleh timnas Spanyol. Fabregas sudah jadi langganan di tim junior Matador, U-17, U-19, dan U-21. “Ketika dia masih junior, kami sudah mengetahui bakat dan kualitas yang dimilikinya. Hebatnya lagi, hal itu dia tunjukan di luar Spanyol, yang tentu saja lebih sulit.” sebut Inaki Saez, mantan pelatih Spanyol.
Di negara asalnya itu juga isu kepindahannya merebak. Dari ibukota, klub raksasa Real Madrid pun tergoda. Siapa yang berani meremehkan urusan transfer Florentino Perez – bos besar El Real. Selain itu Barcelona yang masih “sakit hati” atas kecolongan mereka dulu, berniat mendatangkan kembali Fabregas. Bahkan tak tanggung-tanggung akan di jadikan satu paket transfer bersama Henry. Pada akhirnya cuma Henry yang jadi berlabuh ke Camp Nou. Tapi Barca tak berhenti menggoyah Arsenal. Seperti ingin balas dendam, musim berikutnya giliran Hleb yang dibajak dari Emirates Stadium.
Namun Wenger justru semakin yakin dengan tim muda-nya. Di lini depan aksi bomber asal Togo, Emanuele Adebayor yang tak kalah tajamnya dari King Henry. Begitu pun kepergian Hleb dan Flamini, yang digantikan Sameer Nasri. Fabregas juga punya keyakinan serupa terhadap timnya. Apalagi bersama Spanyol Cesc baru saja merengkuh trofi Piala Eropa 2008. Ketenanganya mengeksekusi tendangan adu penalty lawan Italia di perempat final, disebut-sebut sebagai awal kesuksesan tim yang saat itu masih di arsiteki Luis Aragones di Austria-Swiss. Tinggal menunggu hasil di akhir musim panas nanti, apa yang bisa Fabregas persembahkan bagi klub yang telah membesarkan namanya di lapangan hijau.

(referensi: Tabloid SOCCER no.16/v/sabtu, kolom spesial Ben Littleton)