Categories
---------------------------------------------------------------
GOOD GAME., FAIR PLAY...JUST FOOTBALL
---------------------------------------------------------------

Glenn Hoddle - Hero of White Hart Lane


Tottenham Hotspur bukan termasuk klub hebat di Inggris, jika dibandingkan dengan Liverpool dan Manchester United. Tapi klub berjuluk The Spurs ini pernah memiliki kkebesarn di era 1980-an. Dan, penyihir yang membawa kebesaran itu tak lain adalah Glenn Hoddle. Gelandang yang membuat permainan Tottenham selalu efektif, berbahaya dan menarik.
Padahal ketika Hoddle masih remaja, nyaris tak ada yang memperhatikan kemampuannya. Maklum, waktu itu Hoddle belum memiliki klub karena hanya bermain dari satu klub ke klub kecil lainnya di Middlesex, kampung halamannya. Beruntung ada teman yang juga striker Tottenham, Martin Chivers. Atas sarannya, Hoddle masuk The Spurs sebagai pemain magang. Bahkan Chivers memberi rekomendasi, sehingga Hoddle diterima.
Belum lama magang di Tottenham, manajer The Spurs kala itu, Bill Nicholson dipecat. Ini justru memberi berkah buat Hoddle. Manajer baru Terry Neill, tak memandangnya sebelah mata seperti pelatih sebelumnya. Neill melihat bakat Hoddle luar biasa dan dengan berani memberi kepercayaan kepadanya saat masih berusia 18 tahun. Agustus 1975 ketika Hotspur berjumpa Norwich, Hoddle diturunkan sebagai pengganti Ian Smith. Sejak itu Hoddle sering dipasang dan menunjukan bakatnya sebagai gelandang kreatif dan punya tendangan keras. Lalu memasuki tahun 1976, dia sudah menjadi pemain inti dan mulai tampil penuh saat lawan Stoke City di bulan Februari. Bahkan berkontribusi untuk kemenangan 2-1 tim ibukota lewat gol tendangan jarak jauh yang memperdayai kiper kenamaan Peter Shilton.
Inilah awal kebintangan Hoddle, tak berapa lama dia segera jadi pahlawan White Hart Lane, markas Tottenham. Permainannya selalu mengundang kagum dan punya gocekan maut serta akurasi umpan yang berbahaya. Meski begitu, baru di era 1980-an, Hoddle membawa kebesaran bagi tim London. Bukan cuma dalam negeri tapi juga tingkat Eropa. Puncaknya dia mempersembahkan gelar Piala FA 2 tahun berturut-turut dan trophy Piala UEFA 1983-1984 kepada klub. Publik White Hart Lane ingat betul, pemain kesayangannya ini berandil besar dalam sukses tersebut. Salah satunya pada partai final FA Cup 1982, Hoddle mengukir gol untuk menaklukan Liverpool.
Terakhir, dia memperkuat Tottenham di final Piala FA tahun 1987, namun sayang The Spurs kalah dari Coventry City 2-3. Setelah itu Hoddle pindah ke Liga Perancis bersama AS Monaco dengan transfer 750.000 pounds. Torehan kenangan Hoddle selama berkostum The Whites adalah 490 laga dan mengoleksi 110 gol.
Meski tergolong uzur, 30 tahun, Hoddle ternyata masih tampil bagus berseragam Monaco yang saat itu diarsiteki calon “Professor” Arsene Wenger. Bahkan Hoddle menjadi motor serangan klub. Puncaknya dengan raihan juara Ligue 1 musim 1987-1988. Ini satu - satunya gelar kompetisi liga yang pernah diraih. Usai membantu Monaco merengkuh trophy Le Championnat, cedera lutut kanan yang dia derita sejak di Hotspur sering kambuh hingga Hoddle jarang diturunkan pelatih.
Tahun 1993 dia pindah ke Chelsea sebagai pemain nonkontrak, bertahan dua bulan kemudian hijrah ke klub Divisi I, Swindon. Hoddle merangkap menjadi pemain – manager dan menunjukan kemampuan sebagai calon manager brilian. Berkat sentuhannya pula Swindon promosi ke Premier League season 1993. Musim itu juga dia langsung kembali ke Chelsea juga sebagai pemain merangkap manager. Sekali Hoddle menjalankan tugasnya dengan baik. Chelsea seperti bangun dari tidur dan mampu bersaing di papan atas dengan para raksasa Premiership lainnya. Cedera yang terus menjerat memaksanya pensiun lalu berkonsentrasi sebagai pelatih.
Bagi public White Hart Lane, Hoddle dinobatkan menjadi pemain terbaik sepanjang masa dan rakyat Inggris menilainya sebagai pemain berbakat St. George Cross era 1980an. Memperkuat The Three Lions 53 caps dan 8 goal.

(reference: soccer classic 23th dec03)

 

0 Responses to Glenn Hoddle - Hero of White Hart Lane